Sabtu 06 Nov 2021 16:12 WIB

ILUNI UI-Arogya Buat Layanan Kesehatan Basis AI untuk RSUI

Teknologi ini untuk mendukung supply chain dan administrasi Rumah Sakit UI.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Endro Yuwanto
Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Andre Rahadian bersama CEO Arogya.ai Victor Fungkong dan Direktur Utama Rumah Sakit Universitas Indonesia dr. Astuti Giantini menandatangani perjanjian kerja sama teknologi Artificial Intelligence berbasis infrastruktur ICT untuk mendukung supply chain dan administrasi, disaksikan jajaran pimpinan Rektorat UI, bertempat di Auditorium RSUI, Kampus UI Depok, Jumat (5/11).
Foto: ILUNI UI.
Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Andre Rahadian bersama CEO Arogya.ai Victor Fungkong dan Direktur Utama Rumah Sakit Universitas Indonesia dr. Astuti Giantini menandatangani perjanjian kerja sama teknologi Artificial Intelligence berbasis infrastruktur ICT untuk mendukung supply chain dan administrasi, disaksikan jajaran pimpinan Rektorat UI, bertempat di Auditorium RSUI, Kampus UI Depok, Jumat (5/11).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) bekerja sama dengan perusahaan teknologi Artificial Intelligence (AI) Arogya.ai menciptakan inovasi dalam layanan kesehatan untuk mendukung Rumah Sakit UI (RSUI). Kerja sama ini memanfaatkan teknologi AI berbasis infrastruktur ICT (Information and Communication Technology) untuk mendukung supply chain dan administrasi rumah sakit.

Ketua Umum ILUNI UI Andre Rahadian mengatakan, kerja sama ini juga merupakan hasil temu dan tonggak baru kerja sama dengan almamater UI dan juga perusahaan alumni UI, yang diorkestrasi ILUNI UI.

"Hal ini merupakan salah satu misi ILUNI UI menghubungkan alumni untuk memberi manfaat kepada RSUI sebagai salah satu teaching hospital terkemuka di Indonesia, dan kepada bangsa," ujar Andre dalam acara penandatanganan kerja sama ILUNI UI, RSUI, dan Arogya.ai bertempat di Auditorium RSUI Depok, Jumat (5/11).

Menurut Ande, ke depan artificial intelligence dan big data jadi prasyarat institusi untuk maju. Saat ini, pandemi menimbulkan disrupsi di supply chain dan semua port terhambat karena supply barang terhambat. Efeknya pun menjalar sampai sekarang. Oleh karena itu, lanjut Andre, kemampuan memprediksi ke depan dengan AI jadi krusial untuk menentukan sukses dan kelancaran kegiatan di rumah sakit.

"Logistik atau supply chain selama pandemi jadi sangat penting. Seperti yang kita tahu, ada kelangkaan obat, kelangkaan alkes di rumah sakit. Kalau kita tahu, bisa kita prediksi dari awal kebutuhan-kebutuhannya. Karena kemampuan ada, tapi materialnya yang tidak ada. Jadi mudah-mudahan makin banyak alumni yang membawa expertise-nya ke kampus," jelas Ade.

ILUNI UI dengan konsep ruang temu, pada tahun ketiga mengedepankan hasil temu. Andre berharap kolaborasi antara banyak pihak di mana ada alumni dan expertise, serta menjadi legacy yang bisa dikembangkan. "ILUNI UI sebagai organisasi alumni UI siap menjadi medium mempertemukan semua kepentingan, baik dari universitas dan almamater. Kita dorong agar kemajuan tercapai," terangnya.

Ketua ILUNI 4.0 Fithra Faisal menjelaskan, fasilitasi kerja sama antara Arogya dengan RS UI ini merupakan bagian tak terpisahkan dari program-program center 4.0 yang selalu mengedepankan prinsip kolaborasi dan inovasi. "Center 4.0 memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya dari kolaborasi produktif ini. Hendaknya ke depan, ini menjadi preseden bagi aktivitas kolaborasi antarpemangku kepentingan dalam ekosistem Universitas Indonesia," tegasnya.

Direktur Utama  RSUI DR. dr. Astuti Giantini Sp. PK (K), MPH menekankan pentingnya penggunaan teknologi untuk mendukung rumah sakit dalam meningkatkan layanan kesehatan. Dukungan ini tidak hanya untuk masa pandemi, tapi diharapkan berlanjut hingga memasuki masa post-pandemic. "Peranan teknologi justru semakin dibutuhkan. Untuk itu, kami sangat mengapreasiasi hadirnya inovasi pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence atau AI di RSUI," ucapnya.

Lebih lanjut, Astuti juga memaparkan, teknologi tersebut menghadirkan sistem yang terintegrasi dan lebih efisien, mulai dari supply chain hingga administrasi. Sehingga diharapkan teknologi ini dapat menekan biaya operasional yang lebih besar.

"Hal ini juga menjadi langkah kesiapan RSUI untuk menjadi rumah sakit yang menerapkan digitalisasi di Indonesia guna mendukung Universal Health Coverage (UHC). RSUI berharap kolaborasi ini dapat berjalan efektif dalam upaya peningkatan layanan kesehatan yang terintegrasi dengan teknologi tinggi," papar Astuti.

Sementara itu, Founder dan CEO Arogya.ai Victor Fungkong menjelaskan, supply chain sangat vital dalam sistem pelayanan rumah sakit. Akan tetapi, sering kali purchasing rumah sakit melakukan forecast kebutuhan obat-obatan dan peralatan medis berdasarkan analisis statis, bukan berdasarkan analisis yang dinamik.

Akibatnya, forecast tersebut menjadi kurang akurat mengakibatkan overstock dan understock. Adanya sistem order dan inventory management berbasis artificial intelligent pun dapat membantu pihak managemen untuk dapat membuat keputusan pemesanan dan pembelian stok obat-obatan dan peralatan medis dengan akurat.

"Oleh sebab itu, Arogya hadir memberikan solusi untuk membantu optimalisasi management supply chain layanan kesehatan di Indonesia. Order manager, inventory manager, dan h-commerce yang diciptakan Arogya merupakan AI supply chain layanan kesehatan pertama di Indonesia, diciptakan di Indonesia, untuk layanan kesehatan Indonesia yang lebih baik," tegas Victor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement