Layanan Kesehatan Berbasis AI Hadir di Rumah Sakit UI, Buat Apa?

Di rumah sakit Universitas Indonesia, AI digunakan untuk mendukung supply chain dan administrasi rumah sakit.

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Minggu, 07 November 2021 | 08:45 WIB
Layanan Kesehatan Berbasis AI Hadir di Rumah Sakit UI, Buat Apa?
Ilustrasi kecerdasan buatan alias artificial intelligence. [Shutterstock]

Suara.com - Penggunaan artificial intelligence alias AI kini merambah dunia kesehatan. Di rumah sakit Universitas Indonesia, AI digunakan untuk mendukung supply chain dan administrasi rumah sakit.

Teknologi AI berbasis infrastruktur ICT (information and communication technology) yang digunakan RSUI merupakan buah kerja sama antara Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) dengan perusahaan teknologi Arogya.ai.

Ketua Umum ILUNI UI Andre Rahadian mengatakan, kerja sama ini juga merupakan Hasil Temu dan tonggak baru kerja sama dengan almamater UI dan juga perusahaan alumni UI, yang diorkestrasi ILUNI UI.

“Hal ini merupakan salah satu misi ILUNI UI untuk menghubungkan alumni, untuk memberi manfaat kepada RSUI sebagai salah satu teaching hospital terkemuka di Indonesia, dan kepada bangsa,” ungkap Andre dalam keterangan resmi yang diterima Suara.com.

Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara RSUI, ILUNI UI, dan PT Arogya Mitra Sejati tentang artificial intelligence. (Dok. ILUNI UI)
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara RSUI, ILUNI UI, dan PT Arogya Mitra Sejati tentang artificial intelligence. (Dok. ILUNI UI)

Ande melanjutkan, ke depan artificial intelligence dan big data jadi prasyarat institusi untuk maju. Saat ini, pandemi menimbulkan disrupsi di supply chain dan semua port terhambat karena supply barang terhambat. Efeknya pun menjalar sampai sekarang. Oleh karena itu, menurut Andre, kemampuan memprediksi ke depan dengan AI jadi krusial untuk menentukan sukses dan kelancaran kegiata di rumah sakit.

“Logistik atau supply chain selama pandemi jadi sangat penting. Seperti yang kita tahu, ada kelangkaan obat, kelangkaan alkes di rumah sakit. Kalau kita tahu, bisa kita prediksi dari awal kebutuhan-kebutuhannya. Karena kemampuan ada, tapi materialnya yang tidak ada. Jadi mudah-mudahan makin banyak alumni yang membawa expertise-nya ke kampus,” kata dia.

ILUNI UI dengan konsep ruang temu, pada tahun ketiga mengedepankan Hasil Temu. Andre berharap kolaborasi antar banyak pihak di mana ada alumni dan expertise, serta menjadi legacy yang bisa dikembangkan.

“ILUNI UI sebagai organisasi alumni UI siap menjadi medium mempertemukan semua kepentingan, baik dari universitas, almamater, Kita dorong agar kemajuan tercapai,”

Ketua ILUNI 4.0 Fithra Faisal menjelaskan, fasilitasi kerjasama antara arogya AI dengan RS UI ini merupakan bagian tak terpisahkan dari program-program center 4.0 yang selalu mengedepankan prinsip kolaborasi dan inovasi.

“Center 4.0 memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya dari kolaborasi produktif ini. Hendaknya kedepan, ini menjadi preseden bagi aktivitas kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam ekosistem Universitas Indonesia,” kata Fithra.

Direktur Utama RSUI DR. dr. Astuti Giantini Sp. PK (K), MPH menekankan pentingnya penggunaan teknologi untuk mendukung rumah sakit dalam meningkatkan layanan kesehatan. Dukungan ini tidak hanya untuk masa pandemi saja, tapi diharapkan berlanjut hingga memasuki masa post-pandemic.

“Peranan teknologi justru semakin dibutuhkan. Untuk itu, kami sangat mengapreasiasi hadirnya inovasi pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence atau AI di RSUI,” ungkap dr. Astuti.

Lebih lanjut, dr. Astuti juga memaparkan, teknologi tersebut menghadirkan sistem yang terintegrasi dan lebih efisien, mulai dari supply chain hingga administrasi. Sehingga diharapkan teknologi ini dapat menekan biaya operasional yang lebih besar.

“Hal ini juga menjadi langkah kesiapan RSUI untuk menjadi rumah sakit yang menerapkan digitalisasi di Indonesia guna mendukung Universal Health Coverage (UHC). RSUI berharap kolaborasi ini dapat berjalan efektif dalam upaya peningkatan layanan kesehatan yang terintegrasi dengan teknologi tinggi,” imbuh dia.

Sementara itu, Founder dan CEO Arogya.ai Victor Fungkong menjelaskan dalam sambutannya, supply chain sangat vital dalam sistem pelayanan rumah sakit. Akan tetapi, sering kali purchasing rumah sakit melakukan forecast kebutuhan obat-obatan dan peralatan medis berdasarkan analisis statis, bukan berdasarkan analisis yang dinamik, Akibatnya, forecast tersebut menjadi kurang akurat mengakibatkan overstock dan understock.

Adanya sistem order dan inventory management berbasis artificial intelligent pun dapat membantu pihak managemen untuk dapat membuat keputusan pemesanan dan pembelian stok obat-obatan dan peralatan medis dengan akurat.

“Oleh sebab itu, Arogya hadir memberikan solusi untuk membantu optimalisasi management supply chain layanan kesehatan di Indonesia. Order manager, inventory manager, dan h-commerce yang diciptakan Arogya merupakan AI supply chain layanan kesehatan pertama di Indonesia, diciptakan di Indonesia, untuk layanan kesehatan Indonesia yang lebih baik,” tutupnya.

Berikan Komentar >
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

HEALTH

TERKINI