Depok: Tim Peneliti Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTMM FTUI) mengembangkan inovasi material baterai lithium ion untuk kendaraan listrik. Uniknya, material penyusun baterai yang dikembangkan terbuat dari limbah ampas kopi dan batok kelapa.
Limbah ampas kopi diolah menjadi grafen, sedangkan limbah batok kelapa diolah menjadi karbon aktif untuk ditambahkan pada material aktif anoda. Inovasi ini mampu membuat baterai yang dihasilkan memiliki bobot lebih ringan dan waktu pengisian daya yang lebih cepat.
Ketua Tim Peneliti Baterai Lithium-Ion FTUI Anne Zulfia Syahrial menjelaskan baterai lithium ion ini dibuat dari material Lithium Titanate Oxide (LTO) yang dicampur dengan timah (Sn) dan karbon aktif (C). Serta, LTO yang dicampur dengan Silikon (Si) dan karbon aktif (C).
"Sehingga membentuk masing-masing komposit LTO/C-Sn dan LTO/C-Si sebagai material aktif anoda dan Lithium Ferro Phospate (LFP) sebagai material aktif katoda," kata Anne melalui keterangan tertulis, Rabu, 3 November 2021.
Baca: UI Luncurkan TM Fund, Aplikasi Penyaluran Dana Tertutup untuk UMKM
Anne menjelaskan LTO tidak rentan mengalami short circuit (korsleting) pada saat proses charging (pengisian electron). Arus listrik yang dihasilkan lebih stabil dan aman dibandingkan baterai Lithium Graphite yang umum banyak digunakan pada baterai kendaraan listrik saat ini.
Kelemahannya, kapasitas spesifik (LTO) di 175 mAh/g, lebih rendah dari grafit di 372 mAh/g. Ia mengatakan, tim mencoba mengatasi kelemahan ini dengan mencampurkan Sn atau Si dan karbon aktif dari limbah batok kelapa menjadi komposit.
"Kami juga mengolah ampas kopi menjadi grafen untuk dicampurkan dengan LTO," jelasnya.